Daftar Postingan Saya

Senin, 11 November 2013

pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.

B.  Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dan balita?             

C.  Tujuan
Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.

D.  Manfaat
1.   Untuk Mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.
2.   Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Pengertian
Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.

B.  Macam-macam pemeriksaan fisik
1.    APGAR score
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, dimulai sejak menit-menit pertama setelah  bayi lahir, yaitu dengan penilaian APGAR score. Penilaian APGAR score dilakukan untuk mengetahui apakah bayi tersebut normal atau asfiksia. Tabel APGAR score:
No.
Aspek yang dinilai
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
1.
Appearance (warna kulit)
Seluruh tubuh biru
Tubuh merah ekstrimitas biru
Seluruh tubuh merah
2.
Pulse (denyut jantung)
Tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
3.
Grimace (rangsangan)
Tidak ada
Sedikit menyeringai
bersin
4.
Activity (tonus otot)
Tidak ada
Sedikit fleksi
Bergerak aktif
5.
Respiratory (pernapasan)
Tidak ada
merintih
Menagis kuat



2.    Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri dilakukan dengan cara mengukur berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada.
a.    Berat badan bayi baru lahir normalnya 2500 sampai 4000gr.
b.      Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit, normalnya 48-53cm.
c.    Lingkar kepala dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada lingkar oksipito-frontal, normalnya 33-35cm.
d.    Lingkar dada normalnya 30-38 cm.
e.    Lingkar lengan atas normalnya 10-11 cm.

3.    Pemeriksaan tanda vital
1.    Suhu tubuh
Hipotalamus bayi belum sempurna, sehingga suhu tubuh belum stabil, terutama jika bayi terpapar udara yang dingin. Bayi mempertahankan suhu tubuh dengan sikap fleksi serta meningkatkan frekuensi pernafasan dan aktivitasnya. Kisaran suhu normal pada bayi adalah 36,50 C-37,50 C. Diperlukan nutrisi dan pergerakan yang cukup, sehingga tidak dianjurkan pembedongan yang terlalu kuat.
2.   Denyut Nadi
Umur
Istirahat (bangun)
Istirahat (tidur)
Aktif/demam
BBL
100-180
80-160
± 220
1mgg s/d 3 bulan
100-220
80-200
± 220
4 bulan s/d 2th
80-150
70-120
± 200
2-10 th
70-110
60-90
± 200








3.    Pernafasan
Umur
Range
Waktu tidur
neonatus
30-60
35
1bulan-1tahun
30-60
30
1-2 tahun
25-50
25
3-4 tahun
20-30
22
5-9 tahun
15-30
18
≥10 tahun
15-30
16

4.    Tekanan Darah
Tekanan darah pada BBL sulit untuk diukur secara akurat dengan menggunakan sfigmomanometer konvensional,  bila menggunakan manset selebar 1 inchi (2,5 cm), tekanan sistolik rata-rata adalah 60-80/40-45 mmHg, pada saat lahir 100/50 mmHg sampai hari ke-10.

4.    Pemeriksaan lainnya
1.    Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya molase, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura, dan apabila menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak asimetris.
2.    Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.
3.    Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran. Selain untuk menilai adanya gangguan pendengaran pada telinga, sebaiknya dilihat juga kesimetrisan bentuk telinga antara telinga kiri dan kanan.
4.    Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.
5.    Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.




6.    Pemeriksaan abdomen dan punggung
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah tulang iga kanan, limfa teraba 1 cm di bawah tulang iga kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).
7.    Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya.
8.    Pemeriksaan anus
Pemeriksaan pada anus dapat dilakukan untuk mengetahui adanya atresia ani dan posisi anus yang normal atau tidak normal.




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.

B.  Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat  terdeteksi jika ada kelainan-kelainan pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit.












Daftar pustaka


Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muslihatun, wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.




























SOAL-SOAL

1.   Berat badan normal pada bayi baru lahir adalah....
a.    1500-3000 gram
b.    2000-4000 gram
c.    2500-4000 gram
d.    3000-4500 gram
e.    3000-5000 gram
2.   Jika bayi baru lahir tubuhnya berwarna merah, ekstrimitas biru, denyut jantung <100 kali/menit, sedikit menyeringai, sedikit fleksi, dan merintih. Berapa APGAR score pada bayi di atas?
a.    4
b.    5
c.    6
d.    7
e.    8
3.   Bayi dikatakan asfiksia berat jika memiliki nilai APGAR....
a.    0-3
b.    4-6
c.    6-7
d.    7-9
e.    10
4.   Lingkar kepala normal pada bayi baru lahir adalah....
a.    30-33 cm
b.    33-35 cm
c.    35-38 cm
d.    36-38 cm
e.    30-38 cm
5.   Penumpukan tulang- tulang tengkorak pada bayi baru lahir adalah....
a.    Caput sucsedenum
b.    Chepalhematoma
c.    Meningokel
d.    Hidrocepalus
e.    Molase

6.   Dalam pemeriksaan anus yang perlu diperhatikan adalah....
a.    Bercak mongol
b.    Hemangioma
c.    Atresia ani
d.    Hipospadia
e.    Diape rash
7.   Panjang badan normal pada bayi baru lahir....
a.    40 cm  - 45 cm
b.    48 cm - 53 cm
c.    50 cm – 60 cm
d.    30 cm – 40 cm
e.    45 cm – 50 cm
8.   Pemeriksaan mulut sangat penting untuk mendeteksi adanya....
a.    Labioskizis
b.    Miliariasis
c.    Hemangioma
d.    Meningokel
e.    Fleksus brachialis
9.   Suhu tubuh normal pada bayi adalah....
a.    300 C - 320 C
b.    320 C – 340 C
c.    340 C – 360 C
d.    36,50 C – 37,50 C
e.    37,50 C – 38.50 C
10.  Dalam penilaian APGAR, yang dinilai adalah....
a.    Suhu tubuh, berat badan, warna kulit, rangsangan, denyut jantung.
b.    Panjang badan, berat badan, pernafasan, rangsangan, denyut jantung.
c.    Lingkar dada, lingkar kepala, panjang badan, tonus otot.
d.    Pernafasan, lingkar kepala, tonus otot, denyut jantung, berat badan.
e.    Warna kulit, denyut jantung, rangsangan, tonus otot, pernafasan.