Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ginekologi “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Sifilis
“
Dosen
Pengampu : dr. Sri Kuswati
Disusun
oleh :
Kelompok 3
1. Novita
Indra PL III B / AKU.11.035
2. Nur
latifah III B / AKU. 11. 037
3. Nurul
Istiqfitriyah III B / AKU. 11. 039
4. Puji
Ratnasari III B / AKU. 11. 041
5. Renita
III B / AKU. 11. 043
6. Rina
III B / AKU. 11.
045
7. Riski
Amaliyah III B / AKU. 11. 047
8. Saptaning
Tyas M. III B / AKU. 11. 049
9. Siti
Faizah III B / AKU. 11. 050
AKADEMI KEBIDANAN UNISKA KENDAL
Jalan Soekarno-Hatta No 99 Telp (0294)
381299
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah GINEKOLOGI.
Penyusun berharap
tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Sifilis. Kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat memahami serta mendapat
pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana isi yang ada dalam makalah ini,
sehingga dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam bidang kebidanan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Kendal, 05
Novenber 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian................................................................................. 3
B.
Epidemiologi............................................................................. 3
C.
Etiologi...................................................................................... 4
D.
Klasifikasi..................................................................................
4
E.
Pathogenesis............................................................................
5
F.
Gambaran Klinis....................................................................... 5
G.
Diagnosis.................................................................................. 6
H.
Penatalaksanaan......................................................................
I.
Diagnosis Banding....................................................................
J.
Pencegahan..............................................................................
K.
Prognosis..................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 15
B. Saran........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifilis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema
pallidum, yang menyerang manusia, bersifat kronis, sistemik dan
dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten selama bertahun-tahun,
menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis yang ditularkan
oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah lues connate, syphilis connata, venereal, penyakit raja singa.
Pada abad ke-15, sifilis
merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini
menurun dengan cepat. Selama perang dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan
mencapai puncaknya pada tahun 1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun
dengan cepat. Di Eropa dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada
umumnya menurun sekitar tahun 1970 sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun
terakhir tampak adanya peningkatan insiden sifilis kongenital. Peningkatan ini
diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer dan sekunder pada wanita
usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis congenital
merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.2
Gambaran klinis sifilis
kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini (timbul sebelum usia 2
tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul setelah usia 2 tahun). Hampir
semua kasus sifilis didapat melalui kontak seksual langsung dengan lesi dari individu
yang terjangkit sifilis aktif primer ataupun sekunder. Sifilis dapat
ditransmisikan secara kongenital dari ibu yang terinfeksi melalui plasenta ke
janin. Transmisi lain yang mungkin namun jarang terjadi termasuk transfusi
darah, kontak personal non seksual, inokulasi langsung yang tidak disengaja.
Prinsip pengobatan sifilis kongenital adalah penggunaan penisilin sebagai obat
pilihan, baik pada ibu hamil maupun pada bayi. Pengamatan pasca
pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap, biasanya pada usia 2, 4, 6, 12
dan 15 bulan.
B.
Tujuan
Untuk memahami dan menambah
wawasan penulis tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Sipilis serta
untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sifilis kongenital
adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita
sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium
sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi
sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan
pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata
dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun
pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan
anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
B. Epidemiologi
Sifilis terdistribusi di seluruh
dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara berkembang. Dilihat dari
usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-30
tahun. Empat puluh persen wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati,
akan mengakibatkan penularan pada janin.
C. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab
sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara
6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua puluh empat
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi
setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar
badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk
transfuse dapat hidup tujuh puluh dua jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1) Kontak langsung
2) sexually tranmited
diseases (STD)
3) non-sexually
4) Transplasental, dari
ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
5) Transfusi : Syphilis
d’ emblee, tanpa primer lesi
D. Klasifikasi
Menurut World Health
Organization (WHO) secara
garis besar sifilis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sifilis kongenital
(bawaan)
2) Sifilis akuisita
(didapat)
Sifilis kongenital dapat berbentuk :
1) Sifilis kongenital dini (timbul pada umur kurang dari 2 tahun)
2)
Sifilis kongenital lanjut/tarda (timbul setelah umur
lebih dari 2 tahun)
E. Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu
persalinan, namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat
penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan
stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital
biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan
imunokompeten. Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat
dijumpai Treponema pallidum pada
plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui
plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan.
Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang akan
merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi
abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat
kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.
F. Gambaran Klinis
Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis kongenital
dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis kongenital lanjut dan
stigmata. Dianggap sifilis
kongenital dini jika timbul pada anak di bawah usia 2 tahun dan sifilis
kongenital lanjut bila timbul di atas 2 tahun. Sigmata adalah jaringan parut
atau deformitas yang terjadi akibat penyembuhan dua stadium tersebut.
1) Sifilis kongenital dini
Gambaran klinis sifilis
kongenital dini sangat bervariasi, mengenai berbagai organ dan menyerupai
sifilis stadium II. Karena infeksi pada janin melalui aliran darah maka
tidak dijumpai kelainan sifilis primer. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat
dan kelainan timbul setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada
sejak lahir.
Pada bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi
berikut :
a) Pertumbuhan
intrauterine yang terlambat
b) Kelainan membrane
mukosa :
Mucous patch dapat ditemukan di
bibir, mulut, farings, laring dan mukosa genital. Rinitis sifilitika (snuffles)
dengan gambaran yang khas berupa cairan hidung yang mula-mula encer tetapi
kemudian menjadi pekat, purulen dan hemoragik. Hidung menjadi tersumbat
sehingga menyulitkan pemberian makanan.
c) Kelainan kulit,
rambut dan kuku
Dapat berupa
makula eritem, papula, papuloskuamosa dan bula. Bula dapat sudah ada sejak
lahir, tersebar secara simetris, terutama pada telapak tangan dan telapak kaki.
Makula, papula atau papulomatous tersebar secara generalisata dan simetris. Di
daerah yang lembab papula menjadi erosif dan membasah atau menjadi hipertrofik
(kondiloma lata). Pada kasus yang
berat tampak kulit menjadi keriput terutama pada daerah muka sehingga bayi
tampak seperti orang tua. Rambut jarang dan kaku, alopesia areata terutama pada
sisi dan belakang kepala. Alopesia dapat juga mengenai alis dan bulu mata.
Onikosifilitika disebabkan oleh papula yang timbul pada dasar kuku dan
menyebabkan kuku menjadi terlepas. Kuku baru yang tumbuh berwarna suram, tidak
teratur dan menyempit pada bagian dasarnya.
d) Kelainan tulang
Pada 6 bulan pertama, osteokondritis, periostitis, dan osteitis pada
tulang-tulang panjang merupakan gambaran yang khas. Perubahan yang paling mencolok tampak pada daerah
pertumbuhan tulang di dekat epifisis. Epifisis membesar, garis epifisis melebar
dan tidak teratur. Pada batas metafisis dengan garis kartilago epifisis, tampak
daerah kalsifikasi yang densitasnya meningkat dan tidak teratur sehingga
pemeriksaan sinar X memberikan gambaran seperti gigi gergaji. Pseudoparalisis
pada anggota gerak disebabkan oleh pembengkakan periartikular dan nyeri pada
ujung-ujung tulang sehingga gerakan menjadi terbatas. Osteokondritis dapat
dilihat pada pemeriksaan dengan sinar X setelah 5 minggu sedangkan periostitis
setelah 16 minggu. Tanda-tanda osteokondritis menghilang setelah 6 bulan tetapi
periostitis menetap dan menjadi lebih jelas.
e) Kelainan kelenjar
getah bening : terdapat limfadenopati generalisata
f) Kelainan alat-alat
dalam : hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis, pneumonia
g) Kelainan mata :
Korioretinitis, glaukoma dan uveitis
h) Kelainan hematologi :
anemia, eritroblastemia, retikulositosis, trombositopenia, diffuse intravascular coagulation (DIC)
i) Kelainan susunan
saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak diobati secara adekuat
akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu perkembangan intelektual1
2) Sifilis kongenital
lanjut
Sifilis ini biasanya timbul setelah umur 2 tahun,
lebih dari setengah jumlah penderita tanpa manifestasi klinik, kecuali tes serologis yang reaktif. Titer serologis
sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai keadaan demikian, dapat diduga
suatu sifilis kongenital. Gambaran klinis dari sifilis kongenital dapat di
bedakan dalam 2 tipe :
a) Inflamasi sifilis kongenital lanjut
Pada keadaan ini yang
paling pentig adalah adanya lesi kornea, tulang, dan sistem
saraf pusat. Dapat dijumpai
kelainan sebagai berikut :
1.
Kornea : Keratitis Intersisial
Biasanya terjadi pada umur pubertas, dan terjadi
bilateral. Pada kornea timbul pengaburan menyerupai gelas disertai
vaskularisasi sklera. Keadaan ini dimulai dengan peradangan perikorneal berat
dan kemudian berlanjut dengan perselubungan difus kornea oleh bayangan putih
tanpa adanya ulserasi pada permukaan kornea, terjadi pada 20-50 % kasus sifilis
kongenital lanjut.
2. Tulang :
Perisynovitis (Clutton’s joint)
Mengenai kedua lutut, yang akan mengakibatkan
terjadinya bengkak tanpa nyeri yang simetris.
3. Sistem saraf pusat
Lesi pada sistem saraf pusat dapat terjadi pada sifilis
kongengital lanjut. Biasanya yang menjadi tanda lesi SSP pada sifilis
kongenital adalah dengan adanya kelemahan umum (generalized paresis) dan
renjatan.
b) Stigmata sifilis kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh
serta meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian
disebut dengan stigmata sifilis kongenital,akan tetapi hanya sebagian
penderita yang menunjukkan gambaran tersebut. Ditemukannya stigmata ini dapat
menjadi salah satu pegangan unuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.Pada
stigmata sifilis kongenital, hal penting yang perlu diperhatikan adalah
adanya trias Hutchinson, yaitu :
1. Perubahan pada gigi
insisivus menjadi datar dan seperti gergaji
2. Opasitas kornea
(kornea ditutupi kabut berwarna putih) tanpa ilserasi permukaan kornea.
3. Ketulian karena
ganguan nervus akustikus (N.VIII). Ketulian biasanya terjadi mendekati masa
pubertas, tetapi kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.
Selain itu ditemukan
pula kelainan sebagai berikut :
1) Neurosifilis
Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi
sifilis yang didapat. Tabes dorsalis agak jarang dibandingkan dengan sifilis
yang didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan dengan sifilis yang
didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Kejang
juga sering terjadi pada kasus sifilis kongenital ini.
2) Tulang dan palatum
Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai
pedang (sabre), tulang frontal
yang menonjol, atau dapat juga terjadi kerusakan akibat gumma yang menyebabkan
destruksi terutama pada septum nasi atau pada palatum durum. Perforasi palatum
dianggap terjadi pada sifilis kongenital.
3) Gigi molar Mulberry (Mulberry’s molar)
Biasanya pada molar I dan muncul pada usia 6 tahun,
merupakan gambaran gigi yang hiperplastik dengan permukaan oklusal yang
mendatar (flattening) serta diliputi oleh serbukan yang menandakan
kerapuhan gigi.
4) Sifilis rinitis
infantil dan nasal chondritis
Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai
ragade yang disebut sifilis rinitis infantil. Nasal chondritis merupakan kelainan yang disebabkan oleh
pendataran tulang pembentuk hidung, gambaran ini biasa disebut dengan saddle nose.3,4,8
G. Diagnosis
Diagnosis pasti pada sifilis
kongenital ditegakan dengan identifikasi T.pallidum. Selain itu, sifilis kongenital dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada bayi lahir mati. Untuk pemeriksaan
pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan USG dapat
dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali dan
hidramnion. Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk
mencari adanya treponema. Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan mikroskop lapagan gelap atau
imunofluoresensi dapat dilakukan apabila dijumpai secret hidung, mucous patches, lesi
vesiko bulosa atau kondiloma lata. Namun, cara konvensional untuk pengambilan
specimen tidak sensitive dan merupakan prosedur invasive, sehingga sulit
dilakukan dan hanya dilakukan pada bayi dengan lesi luas. Selain itu, terdapat beberapa
kendala yang menyebabkan identifikasi T.pallidum sulit dilakukan untuk menegakkan diagnosis sifilis
kongenital, yaitu :
1) T.pallidum
bersifat tidak dapat
dibiakkan dan sulit ditemukan pada spesmen klinis
2) Analisis serologic pada
bayi rumit oleh adanya antibody maternal yang didapat transplasental
3) Sebagian besar bayi
sakit yang hidup tidak menunjukkan adanya tanda infeksi
Untuk menegakkan
diagnosis klinis sifilis kongenital, saat ini di AS digunakan dua criteria,
yaitu kriteria dari Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan kriteria Kaufman yang
dimodifikasi.
1) Kriteria Kaufman yang
dimodifikasi.
a) Pasti (definite)
Dijumpai T.pallidum pada pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap atau pemeriksaan histologik
b) Sangat Mungkin (probable)
1. Peningkatan titer VDRL
dalam waktu 3 bulan atau tes serologic untuk sifilis (TSS) reaktif yang tidak
berubah menjadi non reaktif dalam waktu 4 bulan
2. Satu kriteria mayor atau
dua minor dan disertai TSS reaktif atau tes FTA reaktif
3. Satu kriteria mayor dan
satu kriteria minor
c) Kriteria mayor berupa
kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis hemoragik
d) Kriteria minor berupa
fisura pada bibir, lesi kulit, mucous
patch, hepatomegali,splenomegali, limfadenopati generalisata, kelainan
SSP, anemia hemolitik, sel cairan serebrospinal (CSS) >20, protein >100.2
2) Kriteria CDC yang di
revisi
a) Pasti (confirmed)
Diijumpai T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
b) Tersangka (presumtive)
1. Semua bayi yang ibunya
menderita sifilis tanpa pengobatan atau mendapat
pengobatan tidak adekuat
selama kehamilan
2. Semua bayi dengan TSS
reaktif dan satu dari keadaan di bawah ini :
a. Gambaran sifilis
kongenital pada pemeriksaan fisik
b. VDRL CSS reaktif/
hitung sel CSS ≥ 5/protein CSS ≥ 50 diluar sebab lain.
c. Tes FTA-abs-19S-antibodi
IgM reaktif
3. Bayi lahir mati (syphilitic
stillbirth)
Kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu atau
berat janin ≥500 gram pada wanita yang menderita sifilis tanpa pengobatan atau
memperoleh pengobatan tidak adekuat saat melahirkan.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi
pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap
merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun
sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang
lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan
IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
2) Sifilis lanjut (lebih
dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infgeksi, sifilis
kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu,
selama 3 x berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM
setiap hari selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu.
Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam
selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit
IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM +
prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin
penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa
kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut CDC
tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :
a) Menderita sifillis
kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium dan/radiologik,
b) Mempunyai titer test
nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c) Dilahirkan oleh ibu
yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak diketahui, tidak
adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
d) Dilahirkan oleh ibu
seronegatif yang diduga menderita sifilis
e) Titer pemeriksaan
nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
f) Hasil tes treponema
tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau
g) Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema.
Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita sifilis dan diobati selama
kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa diamati.
Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu
diagnosis pasti secara klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung 1 minggu >usia bayi. Pada usia ≤ 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia – ≤ 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan
setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.
1) Pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun
1998
a) Bayi dengan sifilis kongenital,
ibu dengan/ tanpa sifilis.
Penisilin G prokain 50.000 unit/kgBB IM/IV selama
10-14 hari.
b) Bayi normal
c) Ibu sifilis dini
dan/atau tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan :
Aqueous penisilin G 50.000 unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau
penisilin prokain G 50.000 unit/kgBB IM, 10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu),
atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
d) Ibu sifilis laten
lanjut, atau
e) Ibu mendapat terapi
eritromosin atau obat selain penilin, atau
f) Ibu mendapat terapi adekuat
≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
g) Ibu mendapat terapi
adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non treponema tidak turun 4 kali
lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
h) Ibu mendapat terapi
adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer nontreponema turun 4 kali lipat,
dilakukan : Pengamatan klinis dan serologik, atau benzatin penisilin G 50.000
unit/kgBB IM, dosis tunggal bila pengamatan tidak memungkinkan
i) Ibu mendapat terapi adekuat
sebelum kehamilan dan titer stabil (VDRL≤ 1:2) selama kehamilan, dilakukan :
Pengamatan klinis dan serologic. Menurut CDC 1998, diluar masa neonatus, anak
yang didiagnosis sifilis congenital harus diperiksa CSS untuk menyingkirkan
neurosifilis dan menentukan sifilis congenital atau sifilis didapat. Semua anak
yang diduga menderita sifilis kongenital atau dengan kelainan neurologik
diberikan aqueous
penisiline G 50.000 unit/kgBB IV/IM tiap 4-6 jam selama 10-14 hari. Pemberian penisilin prokain tidak
dianjurkan.
2) Pengobatan alternatif untuk pasien alergi penisilin
Bila alergi terhadap penisilin, sebagai obat
alternatif diberikan obat tetrasiklin dan eritromisin. Tetapi efektifitasnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan penisilin. Penggunaan sefriakson pada
wanita hamil belum ada data yang lengkap.
3) Pemeriksaan Setelah Pengobatan
Pemeriksaan penderita
sifilis dini harus dilakukan, bila terjadi infeksi ulang setelah pengobatan.
Setelah pemberian penisilin G, maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan
kemudian untuk penentuan hasil pengobatan. Pengalaman menunjukkan bahwa infeksi
ulang sering terjadi pada tahun pertama setelah pengobatan. Evaluasi kedua
dilakukan 6-12 bulan setelah pengobatan. Penderita yang diberi pengobatan
selain penisilin harus lebih sering diperiksa.
a) Semua penderita sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis harus diamati bertahun-tahun,termasuk klinis,
serologis dan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan bila perlu
radiologis.
b) Pada semua tingkat
sifilis, pengobatan ulang diberikan bila :
1. Tanda-tanda dan gejala
klinis menunjukkan sifilis aktif yang persisten atau berulang.
2. Terjadi kenaikan
titer tes nontreponemal lebih dari dua kali pengenceran ganda.
3. Pada mulanya tes
nontreponemal dengan titer tinggi (> 1/8) persisten bertahun-tahun.
4. Harus dilakukan
pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang setelah diberi pengobatan, kecuali
ada infeksi ulang atau diagnosis sifilis dini dapat ditegakkan.
5. Penderita harus
diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun. Pada umumnya
hanya sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada
penderita akan stabil dengan titer rendah.
I. Diagnosis Banding
Diagnosis banding
pada sifilis kongenital antara lain sebagai berikut :
1) Iktiosis lamellar
Kelainan
ini berisfat autosomal resesif, timbul pada waktu lahir. Lokalisasinya lipatan
tubuh, batang tubuh dan monomorf. Efloresensinya sisik-sisik besar datar dan bewarna gelap.
2) Staphylococcal scalded
skin syndrome (SSSS)
Lesi kulit menyeluruh, bula eritematosa, ukuran cukup
besar, superficial, dan mudah pecah. Seringkali dijumpai pada bayi. Pada penyembuhan tampak jaringan parut, hal
ini disebabkan oleh peran epidermolytic
toxin, cleavage plane dalam stratum granulosum sehingga terjadi
pengumpulan cairan dalam bula secara pasif.
3) Staphylococcal
scarlatiniform eruption
Lesi kulit menyeluruh, berupa macula eritematosa di sekitar
bibir, hidung, leher, dan aksila. Kemudian menyebar ke seluruh badan namun
4) Toxic
shock syndrome
Kelainan kulit berupa eritroderma yang menyeluruh dapat
berbentuk komponen petekie maupun skarlatiform.
5) Malnutrisi
(Marasmik-kwashiorkor)
Pada keadaan malnutrisi ini, pada kulit dapat ditemukan
hiperpigmentasi, likenifikas, deskuamasi, eskoriasi, dan edema. Pada mukosa mulut
timbul erosi, rambut halus, lurus, mudah di lepas, dan muka seperti orang tua.
6) Morbili kongenital
Adanya
bercak koplik, yakni bercak kecil sebesar jarum pentul berwarna kemerahan
terletak di daerah mukosa di depan gigi molar, ruam berwarna kecoklatan. Di
daerah muka, leher, dan bagian tubuh sebelah atas ruam tampak bersatu,
sedangkan di tubuhbagian bawah ruam menyebar
7) Dermatitis seboroik
Karakteristik
lesi adanya sisik, kemerahan dengan daerah predileksi muka, kulit kepala dan
lipatan kulit, skuamanya berminyak, berwarna kekuningan dengan batas tidak
tegas
8) Infantile acne (acne neonatorum)
Secara klinis, akne
neonatorum merupakan erupsi polimorf dengan eritema, pustule, komedo pada
pipi13,14,15
J. Pencegahan
Sifilis kongenital adalah penyakit yang dapat dicegah,
yaitu melalui deteksi sifilis selama kehamilan. Tindakan utama pada pencegahan sifilis kongenital adalah
identifikasi dan pengobatan wanita hamil yang teriinfeksi sifilis, karena
pengobatan sifilis pada kehamilan dengan menggunakan penisilin dapat mencegah
infeksi kongenital sampai 98%. Tes serologi (VDRL dan TPHA) harus dilakukan
pada perawatan kehamilan (prenatal
care), yaitu saat kunjungan pertama, sedangkan pada kelompok risiko
tinggi, dilakukan pada pemeriksaan ulang pada usia kehamilan 28 minggu dan saat
persalinan. Apabila dijumpai hasil tes seropositif, harus diberikan pengobatan.
Namun, kehamilan kadang menimbulkan tes nontreponema positif palsu, dan pada
keadaan seperti ini dilakukan anamnesis yang rinci, pemeriksaan fisik cermat
dan pengamatan serologik. Bila tidak memungkinkan, diberikan terapi, terutama
bila titer pada pemeriksaan VDRL > 1:2 pada pemeriksaan pertama.
Bayi dengan test
serologik reaktif perlu dilakukan pemeriksaan nontreponema beberapa kali
setelah pengobatan sampai diperoleh hasil nonreaktif. Biasanya dilakukan pada
usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan. Pada bayi dengan sifilis kongenital, tes
serologik nontreponema biasanya menjadi nonreaktif dalam waktu 12 bulan setelah
terapi adekuat. Adanya tes treponema reaktif setelah anak berusia lebih dari 15
bulan, saat anak sudah tidak memiliki antibody maternal, membantu menegakkan
diagnosis sifilis kongenital. Hasil serologik CSS yang reaktif 6 bulan setelah
terapi sifilis kongenital, merupakan indikasi pengobatan ulang, demikian pula
bila titer menetap.
K. Prognosis
Prognosis sifilis
kongenital bergantung periode munculnya gejala, kerusakan yang terjadi, dan
penatalaksanaan. Semakin dini gejala muncul, semakin banyak jaringan yang rusak
dan penatalaksanaan yang kurang tepat maka akan semakin buruk prognosisnya.
Kelainan yang ditimbulkan stigmata sifilis kongenital akan menetap, misalnya
gigi huchinton, keratitis interstitial, ketulian nervus VIII, dan Clutton’s joint. Meskipun telah
diobati, tetapi pada 70% kasus ternyata tes reagin tetap positif.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN SÍFILIS KONGENITAL
A. Data Subjektif
Seorang ibu hamil dengan
umur kehamilan 28 minggu hamil anak pertama , mengeluh flu, seperti demam dan
pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan .Ibu mengatakan suaminya
menderita sífilis serta belum teratasi .Ibu merasa cemas jika ibu dan bayi yang
dikandungnya tertular sífilis. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tidak
mengetahui aktivitas suaminya diluar rumah. Ibu khawatir suaminya sering
‘jajan‘ mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap penyakit sifilis.
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : baik
kesadaran : CM
2) Status emosional : stabil
3) Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/90
mmHg
Suhu : 37,5
˚C
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22x/menit
4) BB/TB : 55kg/ 150cm
5) Status
Gizi :
IMT : 55/(1,5)2 = 24,4
LILA : 24 cm
6) Genetalia : luka
kemerahan dan basah didaerah vagina
7) Ekstrimitas : ruam
ditelapak kaki dan tangan
C. Assesment
1) Diagnosa Kebidanan
Ny ‘S’ umur 25 tahun G1P0Ab0Ah0 UK : 28 minggu dengan
sífilis kongenital
2) Masalah
Ibu mengatakan cemas bila ibu dan bayi yang
dikandungnya tertular sífilis kongenital.
3) Kebutuhan
KIE tentang penyakit sifilis kongenital dalam
kehamilan.
KIE cara penularan sifilis dari ibu ke bayi yang
dikandungnya.
4) Diagnosa potensial
Ibu hamil dengan asma berpotensi terjadi kerusakan
kulit, hati, limpa, dan keterbelakangan mental pada bayi.
5) Masalah potensial
Tidak ada
Kebutuhan Tindakan
Segera Berdasarkan Kondisi Klien
1) Mandiri
Tidak dilakukan
2) Kolaborasi
Pemeriksaan laboratorium di Laboratorium untuk
pemeriksaan kimia darah, ureum, kreatinin, GDS
3) Merujuk
D. Planning
1) Menjelaskan kepada
ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :flu, demam, pegal-pegal, serta
kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis
Ev : Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah
gejala- gejala sifilis.
2) Menganjurkan dan
menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengganti alat tenun yang kotor.
Ev : Ibu memahami tentang teknik relaksasi,
pengurangan rasa nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
3) Menganjurkan ibu
untuk banyak minum, memakai pakaian yang tipis dan longgar ,dan melakukan
kompres apabila demam dengan menggunakan air hangat di dahi dan lengan.
Ev : Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan
anjuran bidan.
4) Menganjurkan ibu
untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support dan
dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Ev : Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat
dalam proses pengobatan dan perawatan ibu.
5) Menganjurkan ibu dan
suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat menyebabkan
penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit menular
seksual menjadi lebih luas.
Ev : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk
tidak berganti- ganti pasangan begitu juga dengan suami.
6) Menjelaskan pada ibu
tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan dengan air
hangst pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu
gesekan pada daerah yang yang nyeri.
Ev : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia
melaksanakan
7)
Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan
komplikasi pada ibu dan bayi sehingga ibu harus menjaga kondisinya agar tidak
terjadi komplikasi.
Ev : Ibu memahami
penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
8) Menganjurkan ibu
untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk pemeriksaan kimia darah,
ureum, kreatinin, GDS.
Ev : Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium
di Laboratorium
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifilis kongenital
adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita
sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium
sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi
sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan
pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi.
Sifilis terdistribusi di seluruh
dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara berkembang. Dilihat dari
usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-30 tahun
Penularan sifilis dapat melalui cara
sebagai berikut : Kontak langsung, sexually
tranmited diseases
(STD), non-sexually, Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke
janin yang dikandungnya, Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi
B. Saran
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya pembuatan makalah yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Murtiastuti D. Sifilis. Dalam : Barakbah J, Lumintang
H,Martodhiharjo S, editor. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Edisi 2. Surabaya
: Airlangga University Press. 2008.145-148.
Webmaster. Trepronema Pallidum.
Disitasi dari :http://www.medgadget. com/_archives/img/treponema.htm
pada tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009.
Webmaster. Shypilis. Disitasi dari :
http://www.uveitis.org/images/syphil1.htm pada tanggal : 18 Februari 2009. Last
Update : Januari 2009.
Department of Health and
Human Services of USA. Congenital Shypilis – United State 2002. Disitasi dari
:http://www.cdc.gov/mmwr/preview/ mmwrhtml/mm5331a4.htm pada tanggal :18
Februari 2009. Last Update : July 2008.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar